Tentang Fenomena Hijrah
Berhijarah artinya melakukan perjalanan untuk menemui Tuhan, bukan untuk menjadi Tuhan kecil. Berhijrah berarti berperjalanan, bukan menyalahkan. Berjalanlah, hingga kita menemukan makna dan tujuan.
Berhijarah artinya melakukan perjalanan untuk menemui Tuhan, bukan untuk menjadi Tuhan kecil. Berhijrah berarti berperjalanan, bukan menyalahkan. Berjalanlah, hingga kita menemukan makna dan tujuan.
Untuk kembali mengingat rasa (syukur) itu, berjalan adalah salah satu caranya. Kita lupa bersyukur karena hanya terus bergumul dengan aktivitas yang itu-itu juga. Tidak mau berjalan mencari aktifitas lain. Paling tidak pikiran kita berjalan mencari rasa itu.
Saya tulis kalimat ini untuk mereka yang sanggup membacanya dan mampu menahan tangis ketika membacanya. Bukan untuk mereka yang hanya peduli pada nafsu setan berselimutkan ajaranNya.
Katakan padanya, dunia sudah semakin tua, kelakuan manusia sudah semakin menjengkelkan. Banyak orang yang berbusana keagamaan, tapi perilakunya tak beragama.
Ada satu liriknya yang harusnya menjadi perhatian. Engkau bagai pelita dalam kegelapan. Itulah liriknya.
Tapi bagaimana pun, guru akan tetap menjadi guru. Dihargai atau tidak, dianggap pahlawan atau tidak, setidaknya mereka bisa menghasilkan wakil rakyat dan pejabat yang rajin bohongi rakyat!
Seperti itulah kehidupan. Manusia akan terus berjalan dan berperjalanan. Karena manusia tidak memiliki segalanya, sementara semesta menyiapkan semuanya
Pertanyaannya, mungkinkah mereka tidak malu untuk bersatu padu di 2024. Meskipun dalam politik tidak ada lawan dan kawan abadi.
Islam lebih luas dari apa pun sebagai sebuah ajaran. Hanya persepsi manusia yang sempit dan picik yang akhirnya menjadikan Islam seperti ajaran yang tidak manusiawi atau tidak mengikuti perkembangan zaman. Padahal waktu telah menguji ketahanan ajaran Islam itu sendiri.
Bukan soal sebuah wasiat, tapi dia takut mimpi yang hadir dalam tidurnya benar terjadi. Ia mencoba menghindari mimpi itu, tapi mimpi yang lainnya telah disiapkan untuk memyambut takdir hari itu.
Ia selalu terjaga sepanjang malam hanya untuk menghindari mimpi. Ia selalu pergi dari keramaian karena ia tak berani melihat banyak impian.
Nak⦠Sudah kutitipkan takdirmu pada semesta Pada bumi yang menyaksikan kepedihan itu Pada langit yang…
Mereka mungkin sempat membenci, tapi pada kesempatan lain mereka harus satukan hati, mungkin. Duduk satu meja dalam jamuan koalisi. Dan membiarkan penderitaan dan perjuangan masa lalu seperti hilang tak berarti.
Untuk itu semua, kita tidak pernah benar-benar tahu, siapa sebenarnya yang tahu tentang kasus-kasus itu. Karena bisa saja mereka yang tahu, justru malah memanipulasi masyarakat luas dengan pengetahuan mereka.
Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan terjunnya artis ke dunia politik. Menjadi masalah jika mereka tidak bisa juga menyerap aspirasi publik. Tidak usah publik luas yang mereka serap, cukup buktikan saja dulu dengan menyerap aspirasi konstituen mereka.